Selasa, 19 April 2011

TILAKKHANA


TIGA CORAK KEHIDUPAN
(Tilakkhana)

"Sabbe sankhara anicca`ti. Yada pannaya passati; atha nibbindati dukkhe. Esa maggo visuddhiya."
Segala sesuatu yang berkondisi adalah anicca. Apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat hal ini; maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan. Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.
(Dhammapada 277)

"Sabbe sankhara dukkha`ti. Yada pannaya passati; atha nibbindati dukkhe. Esa maggo visuddhiya."
Segala sesuatu yang berkondisi adalah dukkha. Apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat hal ini, maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan. Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.
(Dhammapada 278)

"Sabbe dhamma anatta`ti. Yada pannaya passati; atha nibbindati dukkhe. Esa maggo visuddhiya."
Segala dhamma (kebenaran) adalah anatta. Apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat ini, maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan. Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.
(Dhammapada 279)



Tilakkhana atau tiga corak, ciri, karakteristik yaitu anicca, dukkha dan anatta, merupakan tiga corak, ciri, karakteristik yang ada di setiap segala sesuatu atau fenomena yang terbentuk dari perpaduan unsur (berkondisi) yang ada di alam semesta ini, termasuk makhluk hidup. Ciri ini merupakan salah satu bentuk dari Hukum Kebenaran Mutlak (Paramatha-sacca) karena berlaku dimana saja dan kapan saja.



Anicca

Anicca berasal dari kata ”an” yang merupakan bentuk negatif atau sering diterjemahkan sebagai tidak atau bukan. Dan ”nicca” yang berarti tetap, selalu ada, kekal, abadi. Jadi kata ”an-nicca” berarti tidak tetap, tidak selalu ada, tidak kekal, tidak abadi, berubah. Dalam bahasa Sanskerta disebut juga sebagai anitya.

Sabbe sankhara anicca berarti segala sesuatu yang berkondisi, terbentuk dari perpaduan unsur, merupakan sesuatu yang mengalami perubahan, tidak kekal.

Semua fenomena yang ada di dalam alam semesta ini selalu dalam keadaan bergerak dan mengalami proses, yaitu:
Upadana (timbul), kemudian Thiti (berlangsung), dan kemudian Bhanga (berakhir/lenyap).

Mengapa segala fenomena mengalami perubahan atau tidak kekal? Hal ini karena sudah menjadi sifat alami dari segala sesuatu yang terbentuk dari perpaduan unsur akan mengalami perubahan, ketidakkekalan.



Dukkha

Dukkha berasal dari kata ”du” yang berarti sukar dan kata ”kha” yang berarti dipikul, ditahan. Jadi kata ”du-kha” berarti sesuatu atau beban yang sukar untuk dipikul. Jadi kata ”duh-kha” berarti sesuatu atau beban yang sukar untuk dipikul. Pada umumnya dukkha dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai penderitaan, ketidakpuasan, beban.

Sabbe sankhara dukkha berarti segala sesuatu yang berkondisi, terbentuk dari perpaduan unsur, merupakan sesuatu yang tidak memuaskan yang akan menimbulkan beban berat atau penderitaan.

Mengapa segala fenomena tidak memuaskan dan menimbulkan beban berat atau penderitaan? Hal ini dikarenakan segala fenomena tersebut mengalami perubahan, tidak kekal. Dan ketika kita tidak bisa memahami dan menerima bahwa segala fenomena selalu mengalami perubahan, tidak kekal, maka timbul perasaan ketidaksukaan, ketidakpuasan pada diri kita dan akhirnya menimbulkan beban berat atau penderitaan.



Anatta

Anatta berasal dari kata ”an” yang merupakan bentuk negatif atau sering diterjemahkan sebagai tidak atau bukan. Dan ”atta” berarti berarti diri sejati atau inti/`roh`. Dalam bahasa Sanskerta disebut juga sebagai anatman. Jadi kata ”an-atta” berarti bukan diri sejati atau tanpa inti/`roh`.

Sabbe dhamma anatta berarti segala dhamma (kebenaran) yang berkondisi, terbentuk dari perpaduan unsur, dan juga yang tidak berkondisi, tidak terbentuk dari perpaduan unsur merupakan sesuatu yang tidak memiliki inti/`roh` dan  bukan diri yang sejati.

Beberapa orang telah salah memahami mengenai ajaran anatta dengan beranggapan bahwa tidak ada diri, tidak ada yang namanya orang/person (puggala). Anggapan ini keliru. Guru Buddha tidak mengajarkan hal ini. Beliau mengajarkan bahwa ada yang disebut dengan diri atau orang/person (puggala), tetapi diri atau orang/person (puggala) tersebut bukanlah benar-benar inti atau jati diri dari diri atau orang (person) tersebut, melainkan hanyalah merupakan perpaduan unsur-unsur yang membentuk, yang membuatnya ada atau eksis yang suatu saat akan mengalami perubahan. Karena perpaduan unsur-unsur inilah diri seseorang terbentuk. Dan karena segala sesuatu yang terbentuk dari perpaduan dari unsur-unsur pasti mengalami perubahan, maka diri seseorang pun mengalami perubahan, penguraian, yang akhirnya eksistensi dari diri seseorang tidak lagi ada atau eksis. Inilah mengapa dikatakan tidak memiliki inti atau bukan diri sejati.

Mengapa segala fenomena tidak ada inti atau bukan diri sejati?

Di dalam Anattalakkhana Sutta; Samyutta Nikaya 22.59 {S 3.66}, Guru Buddha menjelaskan bahwa Rupa (jasmani), Vendana (perasaan), Sanna (pencerapan), Sankhara (pikiran) dan Vinnana (kesadaran) disebut sebagai Panca Khanda (lima kelompok kehidupan/kegemaran) yang semuanya bukanlah diri sejati. Jika Khanda itu merupakan diri sejati, maka tidak akan mengalami penderitaan, dan semua keinginan seseorang akan kandha-nya akan terpenuhi, ”Biarkan Kandha-ku seperti ini dan bukan seperti itu.”

Tetapi karena khanda tidak dapat dikendalikan sesuai dengan keinginan atau harapan seseorang, ” Biarkan Kandha-ku seperti ini dan bukan seperti itu”, dan juga mengalami penderitaan, maka dikatakan bahwa kandha bukanlah diri sejati.

Selain ajaran Anatta yang diajarkan oleh Guru Buddha, di dunia ini terdapat 2 ajaran atau paham lain yang terdapat dalam kepercayaan lain, yaitu:
  1. Attavada, yaitu paham atau ajaran yang menyatakan bahwa terdapat atta atau inti atau diri sejati yang tidak mengalami perubahan, yang ada sepanjang masa atau abadi meskipun melalui tahap kelahiran kembali. Paham ini juga disebut sebagai paham Eternalisme (paham ini tidak dibenarkan oleh Sang Buddha).
  2. Ucchedavada, yaitu paham atau ajaran yang menyatakan bahwa sama sekali tidak terdapat atta atau diri, dimana ketika mati maka semuanya akan turut lenyap, tidak membentuk apapun lagi, tidak meengalami kelahiran kembali. Paham ini juga disebut sebagai paham Nihilisme (paham ini tidak dibenarkan oleh Sang Buddha).
Beberapa contoh nyata mengenai ajaran Anatta. Ketika kita melihat sebuah sofa maka kita akan melihatnya sebagai hal yang biasa dan menyebutnya sebagai sofa. Tetapi ketika sofa yang terbuat dari kayu, busa, kain, lem, tenaga manusia, dan sebagainya itu kita uraikan, kita pisah-pisahkan, kita bongkar, maka yang kita lihat sekarang hanyalah beberapa potong kayu bekas, kain, busa dan sebagainya yang tidak mungkin sama dengan bahan awal pembuat sofa. Kita hanya menyebutnya sebagai sisa sofa, kain bekas sofa, kayu bekas sofa, dan sebagainya. Kita tidak akan melihat lagi sofa tadi.

Contoh lain tentang ajaran Anatta, ketika kita membuat roti. Roti dibuat dengan memakai tepung, ragi, gula, garam, mentega, susu, air, api, tenaga kerja dan  lain-lain Tetapi setelah menjadi roti tidak mungkin kita akan menunjuk satu bagian tertentu dan mengatakan: ini adalah tepungnya, ini garamnya, ini menteganya, ini airnya, ini apinya, ini tenaga kerjanya dst. Karena setelah bahan-bahan itu diaduk menjadi satu dan dibakar di oven, maka bahan-bahan itu telah berubah sama sekali. Meskipun roti itu terdiri dari bahan-bahan yang tersebut di atas, namun setelah melalui proses pembuatan dan pembakaran di oven telah menjadi sesuatu yang baru sama sekali dan tidak mungkin lagi untuk mengembalikannya dalam bentuknya yang semula.

Pemahaman akan ajaran anatta dapat juga dianalisa dan direnungkan dalam ajaran mengenai  Sebab-Musabab yang Saling Bergantungan (Paticcasamuppada).

Tilakkhana atau tiga corak umum adalah tiga keadaan yang mencengkeram segala sesuatu dalam semesta alam ini. Tidak ada suatu bentuk apapun yang bebas dari ketiga corak tersebut. Oleh karena itu, Tilakkhana merupakan corak yang universal.
Adapun ketiga corak umum itu terdiri dari:
  1. Anicca-lakkhana: corak berubah-ubah.
  2. Dukkha-lakkhana: corak penderitaan
  3. Anatta-lakkhana: corak tanpa aku.

  1. Anicca-lakkhana
    Anicca-lakkhana atau corak yang selalu berubah-ubah adalah corak yang khas dari keadaan Viparinama dan Annathabava. Viparinama berarti metafisika, yaitu suatu perubahan yang radikal di alam semesta, yang merupakan perubahan yang disebut dari bentuk yang ada ke keadaan yang tiada. Sedangkan Annathabava berarti perubahan yang mengikuti suatu keadaan sedikit demi sedikit.
  2. Dukkha-lakkhana
    Dukkha-lakkhana adalah corak yang menjelaskan mengenai penderitaan, yang tidak menyenangkan, nyata, dan selalu ada dalam kehidupan sehari-hari di dunia ini. Kehidupan dari semua mahluk yang tampak maupun tak tampak, yang besar maupun kecil, sebenarnya merupakan dukkha yang nyata. Terdapat 12 macam dukkha, yaitu:
    1. Jati-dukkha: penderitaan dari kelahiran.
    2. Jara-dukkha: penderitaan dari ketuaan.
    3. Byadhi-dukkha: penderitaan dari kesakitan.
    4. Marana-dukkha: penderitaan dari kematian.
    5. Soka-dukkha: penderitaan dari kesedihan.
    6. Parideva-dukkha: penderitaan dari ratap tangis.
    7. Kayika-dukkha: penderitaan dari jasmani.
    8. Domanassa-dukkha: penderitaan dari batin.
    9. Upayasa-dukkha: penderitaan dari putus asa.
    10. Appiyehisampayoga-dukkha: penderitaan karena berkumpul dengan orangyang tidak disenangi atau dengan musuh.
    11. Piyehivippayoga-dukkha: penderitaan karena berpisah dengan sesuatu / seseorang yang dicinta.
    12. Yampicchannaladhi-dukkha: penderitaan karena tidak tercapai apa yang dicita-citakan.
  3. Anatta-lakkhana
    Anatta-lakkhana adalah corak yang menimbulkan pengertian bahwa bentuk-bentuk materi dan batin itu sebagai sesuatu yang "tanpa aku yang kekal".

    Sang Buddha mengatakan bahwa apa yang kita anggap sebagai sesuatu yang abadi dalam diri kita adalah merupakan kombinasi dari kumpulan unsur fisik dan mental (pancakkhanda), yang terdiri dari jasmani (rupakkhanda), perasaan (vedanakkhanda), persepsi (sannakkhanda), pikiran (samkharakkhanda), dan kesadaran (vinnanakkhanda). Semua unsur ini bekerja bersama dalam sebuah perubahan secara terus menerus yang tidak pernah sama antara satu momen dengan momen lainnya.

    Dalam Anatta-lakkhana Sutta, Sang Buddha bersabda, "Jasmani, o para Bhikkhu, bukanlah Sang Aku. Perasaan bukanlah Sang Aku. Persepsi bukanlah Sang Aku. Pikiran bukanlah Sang Aku. Demikian juga kesadaran. Dengan memahami hal tersebut, O para Bhikkhu, sang murid tidak lagi terikat pada jasmani, atau pada perasaan, atau pada persepsi, atau pada pikiran, atau pada kesadaran. Dengan tidak terikat pada semua unsur itu, ia menjadi terbebaskan dari hawa nafsu. Pengertian mengenai kekebasan berkembang dalam dirinya. Dan kemudian ia tahu bahwa apa yang telah ia lakukan adalah apa yang harus dilalukan, ia hidup dalam kehidupan suci, ia tidak lagi akan menjadi ini atau itu, dan alur kelahirannya telah terputuskan."

Rabu, 10 November 2010

makalah vipasana

          SAMADHI

          PENGANTAR
          Kata Samadhi, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan kata Meditasi. Kata lain yang serupa tapi tak sama adalah Bhavana.
          Apakah meditasi itu mudah? Meditasi tidak mudah karena ia membutuhkan pengertian, kemauan, kedisiplinan, keuletan, waktu, dan tenaga. Sebab lain yg menyebabkan meditasi sulit adalah sifat pikiran yang sangat liar, sulit dijinakkan, dan kondisi lain seperti tempat yg cocok, objek yg sesuai, dll.
          MEDITASI
          Mengapa bermeditasi? Dalam kotbah Buddha yang pertama, dijelaskan bahwa Jalan Untuk Menghancurkan sebab Dukkha adalah dengan melaksanakan Sila, Samadhi, dan Panna. Dengan demikian jelas bahwa Samadhi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Jalan menuju tercapainya Nibbana sebagai cita-cita tertinggi dalam agama Buddha. Jadi siapapun yang ingin mencapai Nibbana harus melaksanakan Samadhi, sebagai satu kesatuan dg Sila dan Panna.
          SAMADHI
          Pengertian Samadhi.
          Samadhi dalam Jalan Mulia Berunsur 8.
          Samadhi dlm Jalan Mulia Berunsur delapan terdiri dari 3 unsur, yaitu:
1. Daya Upaya Benar (Samma Vayama)
2. Kesadaran/Perhatian Benar (Samma Sati)
3. Pemusatan Pikiran/Kosentrasi Benar (Samma Samadhi)
          SAMADHI
          Daya Upaya benar yang dimaksud adalah:
   1. Melenyapkan pikiran buruk
   2. Mencegah pikiran buruk agar jgn timbul
   3. Memunculkan pikiran baik
   4. Mempertahankan pikiran baik yg telah ada
          Kesadaran/Perhatian benar adalah:
   1. Menyadari aktifitas jasmani
   2. Menyadari aktivitas perasaan
   3. Menyadari aktivitas pikiran
   4. Menyadari aktivitas objek2 pikiran
          SAMADHI
          Pemusatan pikiran/Kosentrasi benar adalah:
                Puncak dari daya upaya benar dan kesadaran/perhatian benar.
          Pelaksanaan Samadhi dalam agama Buddha adalah satu kesatuan dari pelaksanaan Jalan Mulia Berunsur 8 yg terbagi dalam Sila, Samadhi, dan Panna. Pelaksanaan Samadhi harus didasari oleh pelaksaan Sila, tanpa Sila Samadhi dapat menjadi Miccha Samadhi (meditasi yg salah), dan Sila tidak akan kokoh jika tidak didukung dengan Samadhi, Pelaksanaan Sila dan Samadhi secara sempurna akan menimbulkan Panna. Tanpa Sila dan Samadhi, Panna tidak akan timbul.
          SAMADHI
          Apakah yg disebut dg Samadhi?
   Arti samadhi secara Umum:
   - sedang melatih pemusatan pikiran
   - pengetahuan pemusatan pikiran
   - hasil dari pemusatan pikiran pd satu objek
   Arti Samadhi secara Etimologis:
   - ‘sam’ + ‘a’ + ‘dha’. ‘sam’ artinya ‘bersama-sama’, ‘mengumpulkan’, ‘memusatkan’. Selanjutnya Samadhi secara Etimologis diartikan ‘pikiran terpusat atau terarah pada satu objek’.
          SAMADHI
          Arti samadhi secara terinci sesuai kitab suci:
 - Pikiran yg baik terpusat pd satu objek. Karena jika buruk meski terpusat pd satu objek, hasilnya adalah samadi yg salah (miccha samadhi). Karena itu Samadhi harus didasarkan pada Sila, dan menggunakan objek Samadhi yang baik agar menimbulkan pikiran yg baik.
Arti Samadhi secara teknis:
 - Kesadaran (citta) dan unsur-unsur rohani yg baik (kusala cetasika) terpusat pd satu objek, tdk dikuasai oleh kekotoran batin.
Arti samadhi sebagai cara (metode):
- Cara untuk mengembangkan batin yang luhur (bhavana), baik Samatha/Vipasssana Bhavana.
          SAMADHI
          Samadhi sebagai pengembangan batin adalah pengembangan secara terpadu tentang usaha benar, kesadaran/perhatian benar, dan pemusatan pikiran/kosentrasi benar.
          Usaha benar adalah mencagah pikiran menjadi kacau, gelisah, pasif, dan sukar terpusat.
          Kesadaran benar adalah menjaga pikiran agar tidak ngelantur, waspada, dan terpusat pada satu objek.
          SAMADHI
          Karakteristik
          Fungsi
          Wujudnya
          Sebab terdekat
          Pikiran tidak kacau
          Mengatasi kekacauan
          Ketenangan
          kebahagiaan
          JENIS-JENIS SAMADHI
          1 Jenis
          2 jenis
          3 Jenis
          Sbg Pemusatan Pikiran
          Sbg Lokiya & Lokuttara; sbg Upacara & Apanna Samadhi
          Sbg Lemah, sedang, kuat.
          SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN SAMADHI AGAR BERHASIL
  1. Memiliki Sila
  2. Menghilangkan berbagai rintangan (Palibhoda)
  3. Dibimbing guru (Kalyanamitta)
  4. Mempelajari objek samadhi (Kammatthana)
  5. Berdiam di tempat yg sesuai
  6. Objek meditasi yg cocok
  7. Melenyapkan rintangan-rintang kecil
  8. Menimbulkan, mempertahankan, dan mengembangakan Samadhi-Nimitta
          SYARAT-SYARAT SAMADHI
  1. Memiliki Sila
                Dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan dijelaskan bahwa Sila merupakan dasar pelaksanaan Samadhi. Tanpa Sila Samadhi dapat menjadi meditasi yg salah. Sedangkan Sila tanpa Samadhi akan mudah goyah.
     Jika ia seorang bhikkhu/su maka ia harus memegang teguh Vinaya. Vinaya disamping sebagai syarat mutlak pelaksanaan Samma Samadhi, ia juga ditetapkan bertujuan untuk keutuhan Dhamma dan Vinaya itu sendiri. Tanpa pelaksanaan Vinaya maka kehancuran Buddha Dharma dapat dipastikan.
          SYARAT-SYARAT SAMADHI
   Jika ia seorang umat awam maka minimal sila yg harus dipegang teguh adalah Pancasila.
   Sila secara umum diibaratkan sebagai pagar sebuah rumah, ia berfungsi untuk membatasi daerah dan melindungi dari bahaya. Demikian juga Sila bagi umat Buddha.
2.Menghilangkan berbagai rintangan
   Rintangan yang dimaksud adalah Palibodha (rintangan fisik) yg terdiri atas 10 macam yaitu:
          10 rintangan fisik dlm meditasi
  1. Tempat tinggal
  2. Keluarga/sponsor
  3. Keuntungan duniawi
  4. Tanggung jawab sosial
  5. Pekerjaan
  6. Perjalanan
  7. Sanak keluarga
  8. Penyakit
  9. Belajar
  10. Kekuatan batin
          SYARAT-SYARAT MEDITASI
3. Guru
   Guru berfungsi untuk membantu dan membimbing kita melaksanakan meditasi. Siswa pertama-tama harus menaruh rasa hormat dan percaya terhadap guru. Kedua siswa hrs memberi tahu apa yg diinginkan dari guru. Meditasi membutuhkan kesabaran, cepat atau lambat pencapaian maditasi bergantung pada ‘bakat’ (parami dlm kehidupan yg lampau)
          SYARAT-SYARAT MEDITASI
4. Mempelajari objek Samadhi (kammatthana)
   Ada dua macam objek samadhi yaitu umum dan spesifik.
   Objek umum adalah objek utk seterusnya & tidak berubah-ubah. (misalnya pernafasan)
   Objek spesifik adalah objek yg dipilih guna memperoleh hasil yg diharapkan secepat mungkin. (misalnya warna biru)
          SYARAT2  MEDITASI
5. Tempat yang sesuai.
Tempat yg sesuai adalah berkaitan dengan watak yang dimiliki oleh meditator.
-          Raga Carita > Lingkungan yg tdk menarik
-          Dosa Carita > Lingkungan yg menarik
-          Moha Carita > Lingkungan yg terang
-          Saddha Carita > Lingkungan yg menarik
-          Buddhi Carita > tdk ada masalah
-          Vitaka Carita > lingkungan yg tdk merangsangnya utk berpikir
          SYARAT2 MEDITASI
6. OBJEK YG COCOK
Objek yg cocok berkaitan dg watak meditator.
-          Raga Carita > Segala sesuatu yg tdk menyenangkan /menjijikan misalnya 10 Asubha. Jika menggunakan Kasina adalah warna biru
-          Dosa Carita > 4 brahma vihara & 4 kasina/warna (banyak berdiri/jalan)
-          Moha Carita > Anapanasati atau semua kasina (ttp hrs lebih besardari biasanya) banyak berjalan/berdiri.
-          Saddha Carita > Enam Anussati (Buddha,Dhamma, Sangha, Sila, Caga, Devatanusati).
-          Buddhi Carita > Marananussati, Upasamanussati, Ahapatikulasanna Catudhatuvavatana.
-          Vitaka Carita > Anapanasati.
Catatan: Objek yg cocok utk semua org adalah: 4 Mahabuta, 4 Arupa, Alo kasina, dan Akasa kasina.
Anapanasati dapat menolog objek yg lain.
          SYARAT2 MEDITASI
7. Melenyapkan rintangan2 kecil
   Semua hal yg kemungkinan mengganggu meditasi, misalnya mencukur rambut, jenggot, makanan yg disimpan, baju yg belum dicuci, dll.
8. Merawat dan mengembangkan samadhi Nimitta (Objek yg timbul dlm batin).
-          Parikamma-nimita (gambaran batin permulaan)
-          Uggaha-nimitta (gambaran batin mencapai)
-          Patibhaga-nimitta (gambaran batin berlawanan), bila hal ini dipertahankan akan tercapai Jhana I.
          PELAKSANAAN SAMADHI
          Tiga tahap Samadhi:
-          Parikamma samadhi (persiapan)
-          Upacara samadhi (lenyapnya nivarana ttp jhana blm mapan)
-          Apanna samadhi (Ekagata Citta/terpusatnya pikiran dgn kuat/jhana I tercapai.
          PELAKSANAAN SAMADHI
PANCA NIVARANA
  1. Kama-chanda (kesenangan indria)
  2. Udacca-kukkucca (gelisah & kuatir)
  3. Vyapada (itikad jahat)
  4. Vicikicca (keragu-raguan)
  5. Thina-middha (kemalasan dan kelesuan batin)
Lima rintangan ini dpt dilenyapkan dg si kembar yaitu Panca Indriya dan Panca Bala
          PELAKSANAAN SAMADHI
          PANCA INDRIYA/PANCA BALA
  1. Saddha (keyakinan pd Triratana)
  2. Viriya (Semangat/ulet/tekun)
  3. Sati (kesadaran/perhatian)
  4. Samadhi (pikiran terpusat)
  5. Panna (kebijaksanaan)
          JHANA & CARA PENGEMBANGANNYA
          Jhana berarti terpusatnya pikiran dengan objek.
          Faktor-faktor Jhana:
  1. Vitaka
  2. Vicara
  3. Piti
  4. Sukha
  5. Ekagattha
          FAKTOR-FAKTOR JHANA
  1. VITAKA
                Batin berusaha memegang objek dlm meditasi. Misalnya bila mengambil objek kasina, maka kita dpt memegang bentuk kasina cukup lama dan pikiran tidak mengembara kesana kemari.
2. VICARA
                Telah memegang objek dg kuat. Dalam memegang objek kemudian menjadi gambaran batin (nimita). Nimita berubah-ubah atau muncul warna yg dpt mjd besar/kecil dsb tergantung pd nimita kita. Bagaimanapun bentuk nimita itu, batin tetap megnetahuinya, & tdk terlepas dr kesdaran meditasi.
3. PITI
                Kegiuran. Batin tergiur dlm kegiuran, kegembiraan. Batin merasa tenang dan ada rasa kepuasan; seolah-oleh batin terang, tubuh terasa ringan dan gembira. Kadang-kadang, seolah-oleh kita melihat warna sepintas atau kilat yg tdk begitu lama. Tanda-tanda piti ada lima:
                a. bulu roma berdiri (merinding)
                b. keluar air mata tanpa sebab
                c. tubuh spt berguncang
                d. tubuh spt melayang-layang, terangkat naik; kadang2 melayang.
                e. kadang2 tubuh terasa mjd besar, kecil, tinggi dan tubuh terasa kosong.
4. SUKHA
                Kebahagiaan yg dalam. Kebahagiaan yg halus yg sukar ditemukan dlm kehidupan biasa & tdk menimbulkan penderitaan. Kebahagiaan ini tdk disebabkan oleh sesuatu yg pernah kita alami; melainkan kebahagiaan tanpa kesakitan yg merupakan hasil dari meditasi.
5. EKAGATTHA
                Pikiran yg telah terpusat & batin seimbang. Pikiran tidak lari kesana-kemari.
          CIRI, OBJEK, RINTANGAN,HASIL  JHANA
          4 ARUPA JHANA
  1. Akasanancayatana Jhana, keadaan dari konsepsi ruang tanpa batas.
  2. Vinnanancayatana Jhana, keadaan dari konsepsi kesadaran tanpa batas.
  3. Akincannayatana Jhana, keadaan dari konsepsi kekosongan
  4. Nevasannanasannayatana Jhana, keadaan dari konsepsi bukan pencerapan pun tidak bukan pencerapan.
          JHANA & NIVARANA
          Jhana akan mudah hilang/merosot bila batin dimabukkan oleh salah satu Nivarana. Jhana akan muncul kembali jika kita dpt menghalau Nivarana. Karena itu kita harus memperhatikan bagaimana Nivarana itu muncul.
          Jhana adalah teman baru, dan Nivarana adalah teman lama. Batin cenderung mencari teman lama (Nivarana) ketika sedang meditasi. Jhana hanya dpt mengatasi Nivarana sementara waktu.
          Terampil mencapai Jhana (Vasi)
Keahlian ttg Jhana dlm lima cara;
  1. Terampil mengarahkan pd objek
  2. Terampil memasuki jhana
  3. Terampil berdiam dalam jhana
  4. Terampil keluar dari jhana
  5. Terampil melacak kembali pencapaian jhana.
Dengan memiliki vasi, seseorang meditator dg mudah mecapai jhana2 yg lebih tinggi hingga jhana ke empat. Berdasarkan jhana ke empat dikembangkan utk memiliki lokiya Abhinna.
          Hubungan Jhana & Nimita
          Dalam latihan samadhi, penting sekali memelihara nimitta sampai timbul unsur-unsur jhana yg lengkap dan mapan. Bila nimita lenyap maka pikiran tdk dpt menimbulkan unsur-unsur jhana.
          Bilamana meditator dpt menjaga nimita, dia terjamin akan mencapai jhana-jhana karena tanpa nimitta unsur2 jhana tdk akan timbul shg kesadaran yg terpusat pd nimitta tdk dpt dipindahkan ke unsur2 jhana.
          EMPAT CARA BERMEDITASI
          DUDUK
                Duduk seperti biasa, baik dg posisi org yg sedang meditasi/dg posisi apapun. Tdk tegang ttp rileks.
          BERDIRI
                Berdiri dg kaki sedikit renggang, kedua tangan di depan tubuh, tangan kanan memegang tangan kiri, usahakan dpt menjaga keseimbangan tubuh supaya batin tenang.
          BERJALAN
                Meditasi dg cara berjalan disebut ‘camkamana’, ttp tdk dijelaskan berjalan bagaimana. Para praktisi mengajarkan cara berjalan dlm meditasi sbb:
                a. berjalan menghitung langkah kaki
                b. berjalan menyadari langkah maju,
                    mundur, kekiri dan kekanan.
                c. berjalan dg menggunakan objek meditasi nimita utk menjadikan tubuh sbg objek meditasi, seolah-olah kita melihat tubuh sendiri. Kemudian kita mengetahui seluruh kegiatan, gerakan tubuh.
          BERBARING
                Berbaring dg posisi tubuh miring ke kanan.
          Manfaat  Latihan Samadhi
          Secara garis besar terdeapat lima manfaat:
  1. Kebahagiaan kehidupan sekarang
  2. Pandangan terang
  3. Kemampuan luar biasa
  4. Kelahiran dalam alam brahma
  5. Pencapaian Nibbana
          KISI-KISI SOAL
  1. Mengapa meditasi sulit dilaksanakan?
  2. Mengapa meditasi harus dilaksanakan oleh umat Buddha?
  3. Jelaskan secara rinci penjelasan meditasi sesuai dengan Jalan Mulia Berunsur 8!
  4. Tuliskan 8 syarat yg harus dipenuhi dalam pelaksanaan meditasi!
  5. Jelaskan 6 watak (carita) berkenaan dg objek yg cocok dipakai dlm meditasi!
  6. Tulis dan jelaskan hubungan 3 Nimitta dengan 3 tahap Samadhi!
  7. Jelaskan ciri, objek, rintangan, dan hasil dari pencapaian Jhana I s.d. IV!
  8. Jelaskan 4 cara bermeditasi!
  9. Jelaskan arti Samadhi secara umum dan Etimologis
  10. Jelaskan pengertian meditasi dalam agama Buddha dan secara teknis
  11. Mengapa Sila merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam meditasi?
  12. Jelaskan 10 rintangan fisik dan 5 rintangan mental dalam meditasi Samatha!
  13. Jelaskan 5 faktor jhana!
  14. Bagaimana cara mengatasi Nivarana dalam Meditasi?
  15. Apakah manfaat memiliki Vasi dalam meditasi?
  16. Jelaskan hubungan Jhana dengan Nimita!
VIPASSANA
Arti                                         : Pandangan terang.
Obyek                   : Nama & Rupa.
Penghalang        :10 Vipassanupakilesa, & 4                                                             Vipallasa.
Hasil                                       : 16 pen Arti                                        : Pandangan terang.
Obyek                   : Nama & Rupa.
Penghalang        :10 Vipassanupakilesa, & 4                                                             Vipallasa.
Hasil                                       : 16 pengetahuan. getahuan.
VIPASSANA
Ø  Meditasi Buddhis yg paling.
Ø  Sumber : Satipatthana Sutta.
Ø  Vipassana adalah pengolahan Sati atau kesadaran secara bertahap & terus menerus dalam waktu yg tidak ditentukan.
Ø  Vipassana merupakan serangkaian pelatihan yg bertujuan agar kita makin dapat menerima pengalaman kehidupan sendiri.
Ø  Apa yg dilakukan dlam vipasaana? Belajar memperhatikan.
Ø  Vipassana akan menuntun mediator untuk mendapatkan bahwa ia sendiri sedang mengmati hal-hal secara obyektif, persis sebagaimana adanya bahwa semua “mengalir dan berubah dari saat ke saat”.
Ø  Dalam bahasa Pali dikenal dg istilah Vipassana Bhavana yg berasal dari kata Bhu.
Ø  Bhu artinya tumbuh atau menjadi. Jadi Bhavana berati mengolah, mengembangkan, yg selalu dihubungkan dg pikiran. Jadi Bhavana  sering diartikan dg pegembangan/pengolaan mental.
Ø  Vipassana berasal dari kata Passana & Vi.
Ø  Passana berarti melihat atau memahani.
Ø  Vi merupakan awalan yg mempunyai pengertian rumit. Arti dasarnya adalah dg cara khusus, tetapi juga ada pengertian kedalam & sekaligus menembus.
Ø  Arti keseluruhan dari kata Vi adalah melihat kedalam sesuatu secara jernih & tetap melihat setiap komponennya sebagai sesuatu yg berbeda & terpisah, serta sepenuhnya menembus sehingga memahami realitas terdalam dari hal itu.
Ø  Bila semua artinya disatukan, maka Vipassana Bhavana berati pengolahan pikiran yg bertujuan untuk melihat cara khusus sehingga sampai pada pandangan terang & pemahaman penuh.
Ø  Ketika anda sakit & menolaknya anda akan semakin sakit, anehnya ketika anda dapat memcebur bersama sakit, anda justru tidak sakit. Demikian juga ketika anda mengejar kenyamanan.
Ø  Menghindari kegiatan yg tidak perlu: sibuk dg membaca berbagai kegiatan, seperti membaca, banyak tidur, banyak bicara, senang kumpul-kumpul, tidak mengendalikan 6 idera dg baik, tidak bisa mengurangi makan, gagal menyadari kegiatan pikiran dll.
Ø  Melakukan kegiataan penuh perhatian.
Ø  Mengatur kenyakinan dan akal dg tenaga & kosenterasi menjadi selaran & seimbang. (lihat Abidhammatthasangaha hlm 535).
PERSIAPAN YG HARUS DIKETAHUI OLEH CALON PRAKTISI
Mematuhi 3 syarat : diam dibawah pohon asuhan guru, menjaga ketajaman 6 indera, menjaga pikiran tetap kosentrasi pada 4 macam perenungan.
Melaksanakan 5 macan kewajiban: memiliki tekad yg kuat, menguragi makan, tidur, bicara, dg kegiatan fisik lainnya, mengendalikan 6 indera, melakukan segalanya perlahan-lahan, melakukan semua gerakan dg 3 faktor bermanfaat (tenaga, kewaspadaan, & perhatian).
SATIPATTHANA
ü  Khotbah ini di sampaikan Buddha kepada para Bhikkhu ketika berdiam di Kammasadamma, suatu kota dagang rakyat Kuru.
ü  Buddha menyampaikan bahwa Satipatthana terhadap 4 obyek kesadaran merupakan jalan untuk memuliakan semua makhluk, menghindari kecewa dan duka cita, menghncurkan penderitaan, mencapai jalan benar, & merealisasikan Nibbhana.
ü  4 obyek kesadaran tersebut adalah: perhatian benar terhadap jasmani, perasaan, kesadaran, bentuk-bentuk pikiran.
  1. Perhatian benar terhadap jasmani
Perhatian benar tekanrhadap pernafasan, menyadari sepenuhnya masuk & keluar, panjang & pendek nafas.
Perhatian benar terhadap gerak-gerik tubuh, menyadari sepenuhnya ketika berbaring, berdiri, duduk, dsb.dari
Perhatian benar terhadap aktivitas yg dilakukan, menyadari sepenuhnya ketika makan, minun, mengunyah, memakai baju, dll.
Perhatian benar terhadap hal-hal yg menjijikan pada jasmani.
Perhatian benar terhadap usur-unsur materi/jasmani, menyadari sepenuhnya bahwa pada tubuh ini terdapat unsur padat, cair,panas, & gerak (angin).
Perhatian benar terhadap mayat di kuburan.
  1.  Mayat yg membiru, membengkak,dst.
  2.  Mayat yg robek-robek. Belatungan, dst.
  3.  Tulang yg masih berdaging.
  4.  Tulang yg berlumuran darah.
  5.  Tulang yg masih terangkai.
  6.  Tulang yg telah berhamburan.
  7.  Tulang yg telah rapuh memutih.
  8. Tulang yg lapuk tertimbun bertahun-tahun.
  9.  Tulang yg telah remuk, hancur jadi debu.
  1. Perhatian benar terhadap perasaan
v  Menyadari sepenuhnya perasaan yg timbul & lenyap. Ketika perasaan senang muncul ia sadar, demikian juga perasaan sedih, kecewa, sakit, dst disadari dg benar.
  1. Perhatian benar terhadap kesadaran.
v  Menyadari sepenuhnya kesadaran yg timbul & lenyap bersama faktor-faktor mental yg muncul & lenyap.
  1. Perhatian benar terhadap bentuk-bentuk pikiran.
  1. Menyadari sepenuhnya  timbul & lenyapnya 5 rintangan, yaitu menyadari muncul & lenyapnya.
  1. Nafsu-nafsu kemelekatan indria (Kamma Raga).
  2. Kemarahan, jengkel, kesal (Patigha).
  3. Kemalasan, lamban, lesu (Tinamidha).
  4. Kegelisahan, kawatir, tidak tenang (Uddhacca Kukucha).
  5. Keragu-raguan, bimbang, tidak memiliki pendirian, bingung (Vicikiccha
  1. Menyadari sepenunnya timbul & lenyapnya 5 unsur kehidupan (Pancakkhanda).
  2. Menyadari sepenunnya timbul & lenyapnya 6 landasan indria (Salayatana). Yaitu Menyadari sepenunnya timbul & lenyapnya rangkaian antara:
  1. Mata & obyek bentuk.
  2. Telinga & obyek suara.
  3. Hidung & suara bau.
  4. Lidah & obyek rasa kecap.
  5. Kulit & obyek rasa yg di sentuh.
  6. Pikiran & obyek pikiran.
q  Siapaun yg menjalankan latihan tentang 4 obyek ini, maka paling lama dalam waktu 7 tahun akan memeroleh salah satu dari pahala yaitu pengertian tertinggi & terlahir lagi.
q  Inilah satu-satunya jalan untuk:
  1. Mencapai kesucian.
  2. Mengatasi kesedihan & duka cita.
  3. Menghancukan penderitaaan & susah hati.
  4. Mencapai jalan benar.
  5. Merealisasikan Nibbhana.
Vipassana & Panna
v  Pelaksanaan Vipassana sesungguhnya adalah jalan untuk meraih Panna.
v  Latihan Vipassana di sebut juga dg Panna.
v  Pencapaian Panna dilakukan dg pengenbangan sila, samadhi, & panna yg berlangsung melalui 7 tahapan kesucian.
v  Ditinjau dari dasarnya Vipassana adalah Nama & Rupa.
v  mengetahui Nama & Rupa tercengkeram oleh Tilakkhana disebut Panna/Vipassana.